Rabu, 11 Mei 2011

Budidaya Murbei


I. PENDAHULUAN


1.1. Latar Belakang

Persuteraan alam adalah kegiatan agro-industri yang meliputi pembibitan ulat sutera, budidaya tanaman murbei, pemeliharaan ulat sutera, pemintalan benang, pertenunan, pembatikan/ pencelupan/ pencapan/ penyempurnaan, garmen dan pembuatan barang jadi lain termasuk pemasarannya. Pengembangan persuteraan alam pada tingkat hulu diarahkan pada pemanfaatan lahan produktif, lahan kritis (murbei sebagai tanaman konservasi tanah dan air) dan lahan yang belum dimanfaatkan secara komersial, baik milik masyarakat maupun pemerintah. Dalam budidaya tanaman murbei dan pemeliharaan ulat sutera diperlukan dukungan sarana dengan teknologi tepat guna agar menghasilkan kokon berkualitas tinggi sehingga mampu menghasilkan benang sutera bermutu tinggi pula.
Kegiatan persuteraan alam bersifat padat karya yaitu menyerap tenaga kerja banyak dan dapat dilakukan oleh laki-laki, perempuan, dewasa maupun anak-anak. Selain itu alam dapat menjadi sumber pendapatan masyarakat dan menggerakan ekonomi kerakyatan di pedesaan melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam rangka mengentaskan kemiskinan di pedesaan.
Budidaya tanaman murbei merupakan dasar dari persuteraan alam, karena budidaya murbei menghasilkan pakan ulat sutera. Budidaya tanaman murbei merupakan kegiatan usaha dari mulai pembibitan, persiapan tanam, penanaman, pemeliharaan, panen dan pasca panen tanaman murbei yang dilakukan secara intensif dengan memperhatikan konservasi tanah dan air.  Tujuannya adalah memproduksi daun murbei untuk pakan ulat sutera dengan produksi daun banyak dan kualitas nutrisi/ gizi tinggi. Sistem penanaman yang dilakukan monokultur atau polikultur/ tumpang sari
Kondisi Pertanaman Murbei di lapangan antara lain :Tanaman kurang perawatan, Produksi daun rendah, dan Kualitas daun kurang optimal, sedangtkan potensinya antara lain : Tanaman murbei harus dipelihara secara intensif, Produksi\daun mampu mencapai 2 – 3 kg/tanaman/ pangkasan dan Kualitas daun baik. Tanaman murbei jika dibudidayakan tidak intensif maka produksi dan kualitas daun murbei kurang optimal, perkembangan tanaman lambat, kapasitas pemeliharaan ulat sedikit dan produksi dan kualitas kokon kurang.
Beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha persuteraan alam salah satunya budidaya murbei. Budidaya murbei menghasilkan pakan yang mempengaruhi 38,2 % keberhasilan usaha pemeliharaan ulat sutera selain jenis ulat  4,2%, klimat: 37,0%, kualitas telur: 3,1%, teknik pemeliharaan ulat: 9,3% dan faktor lain: 8,2%


1.2. Masalah dalam Budidaya Murbei

Dalam budidaya tanaman murbei di Indonesia terdapat beberapa masalah antara lain :
o   Budidaya tanaman murbei sebagai sumber pakan ulat sutera belum dilakukan secara intensif
o   Budidaya tanaman murbei dilakukan sebagai usaha sampingan
o   Jenis murbei yang ditanam belum seluruhnya unggul
o   Produktivitas dan kualitas daun murbei sebagai pakan ulat sutera masih rendah
o   Bibit yang digunakan tidak jelas kualitasnya
o   Lokasi penanaman kurang sesuai
o   Lahan kekurangan air/ tadah hujan
o   Kualitas tanaman kurang baik

1.3. Tujuan Budidaya Murbei

o   Meningkatkan produktivitas tanaman agar/pakan ulat sutera tersedia secara rutin
o   Meningkatkan kualitas pakan ulat sutera
o   Meningkatkan pendapatan petani

1.4. Sasaran

o   Persediaan pakan ulat sutera banyak
o   Daun/ pakan berkualitas
o   Kandungan nutrisi/ protein tinggi
o   Umur daun cukup
   
1.5. Prinsip Budidaya Murbei

o   Menggunakan bibit bermutu
o   Pengolahan tanah yang baik
o   Pengairan yang cukup
o   Pemupukan yang efektif dan efisien
o   Pengendalian hama dan penyakit secara terpadu
o   Panen
o   Pasca Panen
     
Berdasarkan kondisi dan permasalahan dalam persuteraan alam, maka untuk menghasilkan sutera alam berkualitas tinggi harus dimulai dari awal, yaitu budidaya tanaman murbei.  Produktivitas dan kualitas kokon ulat sutera serta benang sutera sangat dipengaruhi oleh kondisi pakan yang berupa daun murbei.
Kuantitas dan kualitas daun murbei dipengaruhi oleh jenis murbei, kualitas bibit, teknik budidaya yang intensif. Sedangkan kuantitas dan kualits benang sutera selain dipengaruhi teknik budidaya tanaman murbei dan pemeliharaan ulat sutera, juga sangat dipengaruhi oleh teknologi reeling dan re-reeling yang mutekhir serta mesin modern yang dapat menghasilkan benang sutera yang berkualitas baik sehingga mampu bersaing di pasar international.

 






II. TANAMAN MURBEI


2.1. Tanaman Murbei
Tanaman Murbei berasal dari Cina, tumbuh baik pada ketinggian lebih dari 100 m di atas ppermukaan laut dan memerlukan cukup sinar matahari. Tanaman ini mempunyai banyak jenis.  Tinggi pohon sekitar 9 m. dan mempunyai  percabangan banyak.  Daun tunggal, letak berseling dan bertangkai dengan panjang 1-4 cm. Helai daun bulat telur, berjari atau berbentuk jantung, ujung runcing, tepi bergerigi dan warnanya hijau. Bunga majemuk bentuk tandan, keluar dari ketiak daun, warnanya putih. Ukuran dan bentuk buah tergantung kepada jenis murbei. Juga warna buah ada yang putih, putih kemerahan, ungu atau ungu tua sampai hitam. Di India utara murbei dibiarkan tumbuh sebagai pohon di belakang rumah dengan tujuan untuk buah yang enak dan harum.
Tanaman murbei disamping sebagai pakan ulat sutera juga sebagai tanaman konservasi tanah dan penghijauan. Tanaman ini sudah lama dikenal di Indonesia dan mempunyai banyak nama antara lain : Besaran (Jawa Tengah dan Jawa Timur), Kertu (Sumatra Utara), Gertu (Sulawesi) Kitaoc (Sumatra Selatan), Kitau (Lampung), Ambatuah (Tanah Karo), Moerbei (Belanda), Mulberry (Inggris), Gelsa (Italia) dan Murles (Perancis).
Murbei merupakan tanaman yang mempunyai banyak manfaat dan kegunaan. Selain sebagai sumber pakan ulat, tanaman murbei juga memiliki manfaat lain, yaitu sebagai bahan obat-obatan, desinfektan dan antiasmatik. Manfaat tersebut terdapat dalam berbagai bagian tanaman dari mulai daun, ranting, buah dan kulit.
Daun rasanya pahit, manis, dingin dan masuk kedalam meridian paru dan hati. Khasiatnya sebagai peluruh kentut (karminatif), peluruh keringat (diaforetik), eluruh kencing (diuretik ), mendinginkan darah, pereda demam (antipiretik) dan memperjelas penglihatan.
Buah rasanya manis, dingin dan masuk ke dalam meridian jantung, hati dan ginjal. Fungsinya memelihara darah, ginjal, diuretik, peluruh dahak (ekspektoran), hipotensif, penghilang haus, meningkatkan sirkulasi darah dan efek tonik pada jantung.
Kulit akar rasanya manis, sejuk dan masuk ke dalam meridian paru. Khasiatnya sebagai antiasmatik, ekspektoran, diuretik dan menghilangkan bengkak (detumescent).
Ranting rasanya pahit, netral dan masuk ke dalam meridian hati.. Khasiatnya sebagai karminatif, antipiretik, analgesik, antireumatik dan merangsang pembentukan kolateral.

a. Bentuk Tanaman
Tanaman murbei berbentuk semak/ perdu, tingginya dapat mencapai 5 m – 6 m, tetapi bila dibiarkan tumbuh dapat mencapai 20 m – 25 m.




b. Batang
Batang tanaman murbei warnanya bermacam-macam, tergantung speciesnya, yaitu hijau, hijau kecoklatan dan hijau agak kelabu. Percabangannya banyak dengan arah dapat tegak, mendatar dan menggantung. Batang, cabang dan ranting tumbuh dari ketiak daun dan berbentuk bulat.

c. Daun
Tanaman murbei berdaun tunggal dan terletak pada cabang spiral. Tulang daun sebelah bawah tampak jelas. Bentuk dan ukuran daun bermacam-macam, tergantung jenis dan varietasnya, yaitu berbentuk oval, agak bulat, ada yang berlekuk dan tidak berlekuk. Tepi daun bergerigi dengan ujung daun meruncing atau membulat. Permukaan daun ada halus mengkilap, ada juga yang kasab dan agak kasab.

d. Bunga dan Buah
Bunga murbei berumah satu (monoecious) atau dua (dioecious). Bunga jantan dan betina masing-masing tersusun dalam untaian terpisah.

Buah murbei merupakan buah majemuk yang berwarna hijau pada waktu muda, berwarna kuning kemerahan pada waktu agak tua dan merah sampai ungu kehitaman jika sudah tua.

e. Akar
Tanaman murbei memiliki perakaran yang luas dan dalam. Tanaman yang berasal dari stek perakarannya mampu tumbuh ke bawah mirip dengan akar tunggang hingga mencapai ke dalaman 10 cm – 15 cm dari permukaan tanah, sedangkan akar tanaman murbei yang berumur tua mampu menembus ke dalaman lebih dari 300 cm

2.2. SISTEMATIKA TANAMAN MURBEI :

Divisio                         : Spermatophyta
Sub Divisio                  : Angiospermae
Classis                         : Dicotyledoneae
Ordo                            : Urticalis
Famili                          : Moraceae
Genus                         : Morus
Species                       : Morus sp.






2.2.1. Vaietas  Murbei

Di Indonesia ada kira-kira 100 lebih jenis/ varietas murbei,  tetapi yang dikenal ada 6 jenis  yaitu :

·         Morus cathayana
·         Morus alba
·         Morus multicaulis
·         Morus nigra
·         Morus australis
·         Morus macruora

Dari keenam jenis tersebut, jenis yang dianjurkan ditanam karena keunggulannya, baik produktivitas maupun kualitas daunnya adalah Morus cathayana, Morus alba, Morus multicaulis, Morus kanva (dari India), SHA 4 X LUN 109 (Cina), Morus multicaulis (Cina`2) dan Morus alba (Calafat). Jenis-jenis tersebut sudah beradaptasi cukup baik dengan kondisi lingkungan di Indonesia

2.2.2. Beberapa Varietas Tanaman Murbei


Beberapa varietas tanaman murbei yang tumbuh dan berkembang dengan baik di Jawa Barat disajikan dalam tabel 1.

Tabel 1. Varietas Tanaman Murbei di Jawa Barat

No
Varietas
Species
Negeri asal
Tinggi dpl
1
Kanva-2

M. bombycis

India
400 – 1200
2
Cathayana
M. alba
Jepang
200 – 500
3
Multicaulis
M. multicaulis
Jepang
700 – 1200
4
Lembang
M. bombycis
Indonesia
200 – 500
5
Khunpai
M. bombycis
Tahilan
200 – 500


Tabel 2. Kapasitas Produksi Beberapa Jenis Tanaman Murbei

No.
Varitas
Prod (ton/ha)
Sebaran
Asal
1.
Multicaulis
10-12
Jabar
Jepang
2.
Kanva 2
12-18
Jabar dan Sulsel
India
3.
Nigra
5-8
Sulsel
Indonesia
4.
Katayana
12-15
Jabar sulsel
Indonesia
5.
Alba
8-10
Sulsel
Indonesia


2.3. Syarat tumbuh tanaman murbei

2.3.1. Tanah

¨       Tanaman murbei tumbuh baik pada berbagai jenis tanah
¨       Tinggi tempat antara 300 s/d 800 meter dpl.
¨       Tanah subur, pH tanah 6,5 – 7
¨       Aerasi dan drainase tanah baik dengan solum tanah minimum 50 cm
¨       Dapat diairi, tapi tidak ada genangan air.

2.3.2. Iklim

¨       Sinar Matahari penuh dari pagi hingga sore.
¨       Curah hujan antara 2.500 s/d 3.000 mm/ tahun terbagi merata yaitu 8 bulan basah 4 bulan kering.
¨       Temperature 23 o C – 30 o C.
¨       Kelembaban udara 65 – 90 %

2.4. Mutu Daun Murbei

Kualitas daun murbei sebagai makanan ulat sutera sangat dipengaruhi antara lain :

a. Jenis Murbei
Masing-masing jenis murbei mempunyai kandungan unsur kimia yang berbeda secara alami, untuk itu ada jenis yang diunggulkan.

b. Kesuburan Tanah dan Derajat Keasaman Tanah.
Kesuburan tanah jelas akan sangat berpengaruh terhadap mutu daun murbei yang dihasilkan. Derajat keasaman tanah (pH) < 6,5 perlu diberi kapur supaya pHnya mendekati 7. Pada tanah-tanah yang pHnya 7 (nentral) atau basa, jika ditanam murbei untuk pemeliharaan ulat sutera, ulatnya akan mempunyai ketahanan terhadap penyakit yang lebih baik.

c. Lama Sinar Matahari Menyinari Kebun Murbei
Kebun murbei yang mendapat sinar matahari sepanjang hari dari pagi sampai sore akan menghasilkan daun murbei yang berkualitas baik.


2.5. Komposisi Nutrisi Daun Murbei

Komposisi kimia daun murbei di Indonesia dan kakuso dari Rumania yang diteliti oleh Dr.Alexandra Matei pada tahun 1996 sebagai berikut :



Tabel 3. Komposisi Kimia Daun Murbei Indonesia dan Rumania



Jenis
Umur
Prosentase (%)
Murbei
Daun
Bahan Kering
Bahan Organik
Protein Kotor
Lemak
Cellulose
Nitrogen Ekstrak
Abu
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Morus
I
21.97
20.08
7.38
0.63
4.03
8.04
1.89
Cathayana
II
27.74
25.58
7.40
1.00
3.91
13.27
2.16
Indonesia
III
29.20
26.09
7.50
1.20
4.29
13.10
3.11
Maret-
IV
29.03
26.20
7.50
1.13
4.45
12.94
2.83
April 1996
V
32.48
28.99
6.81
1.73
4.77
15.68
3.49

X
28.08
25.28
7.31
1.17
4.29
12.61
2.70
Kakuso
I
20.07
18.32
6.65
0.73
2.28
8.66
1.75
Rumania
II
23.23
21.23
7.51
0.83
2.60
10.59
1.70
Mei-Juni
III
22.94
21.33
6.05
0.89
2.50
11.89
1.16
1996
IV
27.85
25.74
6.52
1.28
2.66
15.28
2.11

V
29.86
27.31
4.49
1.16
3.37
16.29
2.55

X
24.79
22.85
6.64
0.98
2.68
12.54
1.95












Tabel 4.  Hasil analisis proksimat berbagai jenis daun murbei


Jenis daun
Persentase bahan kering
Kadar air
Bahan kering
Protein Kasar
Lemak kasar
Serat kasar
BETN
Abu
Energi (kal/g)

Morus multicaulis

Daun muda
74.64
25.36
21.99
3.70
12.56
51.85
9.9
4519
Daun tua
75.13
24.87
19.66
5.09
16.86
44.32
14.05
3541

Morus kanva

Daun muda
78.21
21.79
20.87
4.20
8.22
57.20
9.5
4663
Daun tua
71.47
28.53
17.99
5.81
13.61
49.38
13.20
4153

Morus cathayana

Daun muda
73.69
26.31
19.09
3.71
8.45
59.53
9.22
4406
Daun tua
70.78
29.22
16.39
5.16
16.80
47.61
14.03
4246

Morus alba

Daun muda
68.89
30.11
22.59
4.10
10.21
53.26
9.83
4502
Daun tua
69.50
30.50
22.10
6.09
10.57
46.81
14.43
4282

Morus nigra

Daun muda
71.19
28.81
22.83
4.24
11.68
51.04
10.22
4373
Daun tua
67.62
32.38
15.71
6.15
11.69
51.73
14.71
4378
Dianalisis di Laboratorium Balai Penelitian Ternak, Balitbangnak, Deptan.





Tabel 5. Kandungan vitamin 1) dan mineral 2) berbagai jenis daun murbei

Jenis daun
Persentase bahan kering
Vitamin A    ( mg %)
Vitamin C
(mg %)
Calcium
(%)
Phosphor
(%)

Morus multicaulis

-     Daun muda
-                   Daun tua
2480.92
2799.06
12.90
9.32
1.55
3.07
0.46
0.28
Morus kanva
-     Daun muda
-                   Daun tua
5262.70
4598.49
13.79
14.62
1.38
2.24
0.37
0.25
Morus cathayana
-     Daun muda
-                   Daun tua
5671.31
5736.85
11.70
13.37
1.53
2.99
0.36
0.33
Morus alba
-     Daun muda
-                   Daun tua
4441.29
3705.23
12.31
12.73
1.71
2.98
0.36
0.31
Morus nigra
-     Daun muda
-                   Daun tua
4477.56
3541.31
14.70
14.16
1.88
3.23
0.36
0.24
1) Dianalisis di Lab. Balitbang Gizi, Depkes
2) Dianalisis di Lab. Balitbangnak, Deptan


Tabel 6. Komposisi 15 macam asam amino daun murbei (% dari bahan
              kering)

Jenis asam amino
M. multicaulis
M. kanva
M. cathayana
M. alba
M. nigra
Muda
Tua
Muda
Tua
Muda
Tua
Muda
Tua
Muda
Tua

Aspartat
0.37
0.20
0.43
0.39
0.41
0.59
0.45
0.47
0.59
0.38
Threonin
0.29
0.18
0.21
0.23
0.32
0.32
0.36
0.34
0.30
0.24
Serin
0.18
0.12
0.18
0.16
0.14
0.23
0.16
0.21
0.02
0.21
Glutamat
0.73
0.54
0.67
0.60
0.58
0.76
0.64
0.75
0.81
0.52
Glisin
0.18
0.12
0.15
0.17
0.17
0.25
0.21
0.24
0.25
0.20
Alanin
0.36
0.33
0.32
0.26
0.28
0.35
0.31
0.32
0.38
0.26
Valin
0.40
0.34
0.16
0.18
0.22
0.31
0.29
0.28
0.34
0.20
Methionin
0.07
0.06
0.05
0.04
0.05
0.07
0.06
0.05
0.06
0.04
Isoleusin
0.15
0.10
0.11
0.12
0.16
0.22
0.18
0.20
0.21
0.18
Leusin
0.39
0.21
0.30
0.28
0.30
0.41
0.34
0.43
0.48
0.35
Tirosin
0.20
0.28
0.17
0.18
0.18
0.24
0.21
0.23
0.24
0.19
Fenilalanin
0.26
0.23
0.20
0.19
0.20
0.28
0.28
0.23
0.31
0.22
Histidin
0.11
0.09
0.08
0.07
0.09
0.12
0.11
0.11
0.13
0.12
Lisin
0.31
0.28
0.25
0.21
0.24
0.27
0.35
0.32
0.32
0.31
Arginin
0.25
0.21
0.20
0.19
0.20
0.22
0.26
0.25
0.29
0.22

Dianalisis di Laboratorium BPIHP, Bogor






Tabel 7 . Kandungan asam amino pada daun murbei dan kebutuhan minimum untuk ulat sutera (mg/g/DM)
Asam amino
Kandungan
(%)
S.D.
C.V.
Kandungan minimum
Asp
20.49
(10.0)
3.63
17.72

Thr
10.52
( 5.2)
1.75
16.63
7
Ser
10.12
( 5.0)
1.60
15.79

Glu
23.23
(11.3)
3.96
17.03

Pro
10.93
( 5.4)
3.73
34.10

Gly
12.02
( 5.9)
1.95
16.22

Ala
15.75
( 7.7)
2.90
18.44

Val
12.83
( 6.3)
2.17
16.92
8
Cys
1.17
( 0.6)
0.25
21.72

Med
2.99
( 1.5)
0.61
20.48
4
Ileu
10.04
( 4.9)
1.88
18.68
8
Leu
19.45
( 9.5)
3.10
15.93
8
Tyr
7.40
( 3.6)
1.39
18.74

Phe
12.26
( 6.0)
2.06
16.78
8
GABA
2.26
( 1.1)
0.69
30.70

NH3
2.89
( 1.4)
0.54
18.70

Lys
12.33
( 6.0)
2.58
20.91
8
His
4.61
( 2.3)
0.82
17.78
5
Arg
12.96
( 6.3)
2.72
20.95
8
Total
204.25
(100.0)



N(%)
4.36

0.42
9.63


2.6. Kandungan Kimia dan Senyawa dalam Daun Murbei

Daun murbei mengandung beberapa bahan dan senyawa kimia sebagai berikut:

Ecdysterone, Inokosterone, Lupeol, β-sitosterol, Rutin, Moracetin, Isoquersetin, Scopoletin, Scopolin, α-, β- hexenal, Cis- β-hexenol, Benzaldehide, Eugenol, Linalool, Benzyl alcohol, Butylamine, Aceton, Trigonelline, Cholin, Adenin, Asam Amino, Cooper, Zinc, Vitamin (A, B dan C), Karoten, Asan Klorogenik, Asam Fumarat, Asam Folat, Asam Formiltetrahydrofolik, Mioinositol dan Phytoestrogens.

Kandungan senyawa dalam daun murbei sebagai berikut :

  1. Gamma-aminobutyric Acid (GABA) dan/ atau Glucosidae yang berfungsi untuk menekan dan mengontrol tekanan darah tinggi dalam tubuh manusia
  2. Diapherotic
  3. Emolient
  4. N-methyl-1-Deoxynojirimicin sebagai anti diabet.
 
2.7. Manfaat Tanaman Murbei

Bagian Tanaman yang Digunakan yaitu daun, ranting, buah dan kulit akar dapat digunakan sebagai obat. Untuk menyimpan, buah dilakukan dengan cara pengukusan kemudian dijemur, ranting dipotong tipis lalu dijemur dan kulit akar dicuci bersih lalu dipotong-potong tipis dan dijemur sampai kering.

A. Manfaat Daun

  1. Demam karena flu dan malaria
  2. Batuk
  3. Sakit kepala, sakit tenggorokan, sakit gigi dan reumatik
  4. Darah tinggi (hipotensi)
  5. Kencing manis (diabetes melitus)
  6. Kaki gajah
  7. Sakit kulit dan bisul
  8. Radang mata merah
  9. memperbanyak air susu ibu
  10. Mencegah keringat malam
  11. Muntah darah dan batuk darah akibat darah panas
  12. Menekan kolesterol dalam tubuh
  13. Melancarkan gangguan pencernaan.

 B. Manfaat Kulit Akar

  1. Mengobati sakit gigi
  2. Melancarkan haid atau
  3. Batuk berdahak dan sesak nafas (asma)
  4. Muka bengkak (edema)
  5. Susah kencing dan sakit kencing (disuria)
  6. Mengobati cacingan

C. Buah Murbei

1.      Menurunkan tekanan darah tinggi (hipertensi)
2.      Jantung berdebar (palpitasi)
3.      Mencegah kencing manis, rasa haus dan mulut kering
4.      Mencegah dan mengobati susah tidur
5.      Mengobati kurang pendengaran dan kurang penglihatan
6.      Mencegah telinga berdengung, tuli dan vertigo (pusing berat)
7.      Mengobati hepatitis kronis
8.      Mencegah sembelit pada orang tua
9.      Mencegah kurang darah (anemia)
10.  Mengurangi sakit otot dan persendian, sakit tenggorokan
11.  Mencegah rambut beruban sebelum waktunya




D. Ranting

1.   Mencegah dan mengobati reumatik
2.   Mencegah dan mengobati tangan dan kaki kesemutan dan sakit
3.   Mencegah sakit pinggang (lumbago)
4.   Mencegah keram tangan dan kaki
5.   Menurunkan tekanan darah tinggi
6.   Menyuburkan pertumbuhan rambut

2.8. Cara  Pemakaian

Untuk diminum pilih salah satu bagian yang disukai. Bila kulit akar 10-15 g,  ranting 15-30 g; sedang daun dosisnya 5-10 g sekali rebus. Adapun untuk dosis maksimal 20-40 g. Buah dosisnya 10-15 g direbus lalu diminum.
Untuk pemakaian luar, daun segar dilumatkan atau digiling halus kemudian diletakan pada bagian yang sakit atau luka akibat digigit ular atau serangga. Atau untuk merangsang pertumbuhan rambut

Contoh Pemakaian

Tekanan Darah Tinggi
Daun murbei segar sebanyak 15 gram dicuci bersih kemudian direbus dengan 2 gelas air selama 15 menit. Setelah dingin disaring lalu dibagi untuk 2 kali minum, pagi dan sore.

Memperbanyak Air Susu Ibu
Daun murbei muda dimasak sebagai sayur, lalu dimakan bersama nasi

Kencing Nanah
Kulit akar murbei, adas pulosasi dan kayu sandel direbus

Bisul dan Radang Kulit
Daun murbei segar segenggam dicuci lalu direbus dengan 2 gelas air hingga tersisa menjadi 1 gelas. Etelah dingin disaring, minum sekaligus. Rebusan daun berguna untuk membersihkan darah sehingga dapat diminum secara teratur.

Luka atau Borok
Daun murbei segar setelah dicuci bersih lslu dioleskan minyak kelapa. Selanjutnya dilayukan di atas api dan diremas-remas dengan jari tangan sehingga menjadi lemas. Daun tersebut dipakai untuk menutup luka, namun sebelumnya luka harus dicuci dahulu dengan rebusan akar trengguli.

Digigit Ular
Daun murbei segar  sebanyak 20 gram dicuci lalu digiling halus. Tambahkan setengah cangkir air masak, lalu disaring dan diperas. Air yang terkumpul diminum sekaligus.

Berkeringat Malam
Daun  murbei kering yang dijadikan serbuk sebanyak 6-9 g direbus dengan air beras sampai mendidih, setelah dingin diminum.

Reumatik, tangan, kaki kesemutan dan sakit
Ranting murbei kering sebanyak 15 g direbus dengan 3 gelas air bersih sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin disaring, diminum . sehari 2 kali masing-masing setengah gelas.

Hepatitis Kronis, Kurang Darah dan Tekanan Darah Tinggi
Buah murbei sebanyak 10 g ditambah air masak sebanyak 1 gelas, lalu diblender dan diminum sekaligus.

Jantung Lemah
Buah murbei secukupnya dijus, lalu diminum sekaligus. Nafas pendek, bengkak pada mata kaki dan nyeri di dada akan berkurang dengan menum jus buah murbei setiap hari.

Catatan

Pemakaian ranting murbei sebaiknya dihindari bila kekurangan darah
Pemakaian buah murbei sebaiknya dihindari bila sedang diare akibat dingin dan adanya kelemahan limpa dan lambung.

Sutra 017

 


 









III. PEMBIBITAN TANAMAN MURBEI


Tanaman murbei pada umumnya diperbanyak dengan stek batang, walaupun dapat dilakukan pula dengan biji, tetapi di Indonesia jarang dilakukan.

3.1. Syarat Stek Murbei Bermutu :

  1. Umur pohon induk minimal 1 tahun ( matang fisiologis)
  2. Umur cabang atau ranting 4 – 6 bulan
  3. Diameter 1 cm – 2 cm
  4. Warna batang coklat
  5. Panjang stek 20 cm
  6. Memiliki 3 - 4 mata tunas

3.2. Persemaian dalam kantong plastik polibag

  1. Polibag yang digunakan berukuran panjang 25– 0 cm dan lebar 15 cm.
  2. Polibag dilubangi pada sudut kiri bawah dan kanan bawah serta tengah.
  3. Polibag diisi dengan campuran tanah dan  pupuk kandang sampai 1 – 2 cm dari bagian atas kantong.
  4. Polibag diletakan dan diatur dalam bedengan berukuran 5 x 1 m.
  5. Stek ditanam dalam polibag dan baru dipindahkan ke lapangan sesudah + 3 bulan.

3.3. Persemaian dengan Bedengan


  1. Tanah diolah se dalam 30 cm, satu atau dua kali.
  2. Bersihkan rumput dan tanaman lain kemudian tanah diratakan
  3. Dibuat bedengan ukuran ( 1 x 5 m ).
  4. Tanamkan stek pada tanah yang telah diolah
  5. Setelah berumur 2 – 3 bulan bibit dapat dipindahkan ke lapangan dengan cara diputar.

     Syarat-syarat persemaian :

  1. Iklim dan ketinggian (di atas permukaan laut) sesuai dengan syarat tumbuh tanaman murbei.
  2. Tanah subur, dengan temperatur optimum, agregat tidak liat dan bebas dari batu serta  kerikil.
  3. Tersedia  air yang cukup dan mengalir sepanjang tahun.
  4. Lapangan datar atau landai.

3.4. Pemeliharaan Pesemaian


  1. Stek disiram setiap hari dengan sistem curah
  2. Berikan pupuk NPK atau Urea satu sendok makan per 10 liter air untuk 1.000 batang dengan frekuensi  4 – 5 hari sekali atau 2 gram/ tanaman
  3. Bersihkan rumput atau tanaman  pengganggu di sekitar tanaman.
  4. Pengendalian hama dan  penyakit dilakukan dengan pestisida, tetapi   konsentrasi, dosis dan waktu aplikasinya harus sesuai dengan anjuran.



stek01-9

 










stek10-18

 

 


 













IV PENANAMAN DAN PEMELIHARAAN


4.1. Persiapan Lahan

4.1.1. Pembersihan Lahan Tanaman Murbei

Lahan untuk areal tanaman murbei harus dibersihkan dengan cara membongkar tanaman dan akar  tanaman yang ada.

4.1.2. Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah dilakukan dengan cara  :
·         Mencangkul tanah sedalam 20 – 30 cm.
·         Dibuat lubang tanam atau rorak-rorak untuk penanaman
·         Pemberian pupuk kandang dengan dicampur secara merata

4.1.3. Pembuatan Jalan, Anak petak, Petak dan Balok

Jalan untuk pemeriksaan atau jalan angkutan daun dibuat mengelilingi kebun dan membelah kebun menjadi anak petak-petak. Kebun murbei dibagi menjadi 3 blok, dalam blok terdiri dari beberapa anak petak.
Luas tiap blok dalam satu petak diusahakan sama. Blok merupakan satu kesatuan perlakuan kebun dan waktu produksi. Dengan membagi kebun menjadi 3 blok, pemeliharaan ulat dapat dilaksanakan tiap bulan dengan jumlah pemeliharaan hampir sama.

4.1.4. Pembuatan Selokan

Selokan pembuangan air  dibuat pada lahan  yang sering tergenang air pada waktu musim hujan, karena tanaman murbei perakarannya tidak tahan genangan air.

4.1.5. Pembuatan Larikan Tanaman

Larikan tanaman perlu di atur supaya pertumbuhan tanaman merata dan mempermudah pemeliharaan serta pemanenan daun.

 







Jarak tanam                             Jarak tanam                      Jarak tanam   
1,0 X 0,5 m                              1,0 X 1,0 m                                   0,5 X 0,5 m
20.000 pohon/ Ha.                   10.000 pohon/ Ha.                        40. 000 pohon/ Ha.

Larikan tanaman pada tanah miring dibuat sabuk gunung atau menurut terasering.






4.1.6. Pemasangan Ajir.

Ajir berfungsi untuk meluruskan barisan tanaman, supaya titik-titik tempat penanaman tepat  dan larikan tanaman mengikuti arah terasering (tranchea) dan jarak tanaman yang satu dengan lainnya sama, sehingga pertumbuhan tanaman  merata.


4.2. Penanaman

4.2.1. Sistem Lubang

·         Pasang ajir dengan jarak tanam misalnya : 1 x 0,5 m, 1 x 0,4 m, 0,5 x 0,5 m tegantung pilihan.
·         Lubang tanam berukuran 40 x 40 x 40 cm atau 50 x 50 x 50 cm.
·         Dasar lubang diberi pupuk kompos/ kandang/ organik dengan dosis 2 kg/ lubang.
·         Di tutup tanah ( top soil ) sedikit.
·         Kantong plastik dirobek, bibit berisi tanah dalam plastik dimasukkan ke dalam lubang tanam kemudian ditimbuni dengan tanah top soil dan ditekan. Selanjutnya lubang tanam ditutup dengan tanah subsoil hingga permukaannya lebih tinggi dari top soil.

4.2.2. Sistem Rorakan

·         Dibuat rorakan-rorakan dengan jarak 1m lubang memanjang seperti menanam tebu, dengan ukuran rorakan se dalam 50 cm lebar 40 cm.
·         Ajir dipasang sepanjang rorakan dengan jarak 0,5 m atau 0,4 m.
·         Pupuk dasar ( kandang, buatan ) dimasukkan ke dalam rorakan-rorakan (dosis 20 –25 ton/ hektar ), pupuk kandang/ kompos ditambah pupuk TSP     1 Kw/ Ha.


04tanamb





03tanama

4.2.3. Pemeliharaan Tanaman

Kegiatan yang harus dikerjakan dalam pemeliharaan tanaman antara lain :
·         Penyulaman tanaman mati
·         Pendangiran  setelah umur 3 bulan
·         Pembentukan batang pokok
·         Pemupukan


4.3. Pemeliharaan Kebun Murbei



siklusmatahari

Pemeliharaan  kebun dilakukan dari mulai tanam sampai berproduksi dilakukan terus menerus agar produksinya tetap berkesinambungan dengan memperhatikan prinsip efisiensi penggunaan sinar matahari.


4.3.1. Pangkas Batang dan Cabang

Pemangkasan pertama kali dilakukan pada umur 6 bulan setelah tanam. Pada saat itu daun hasil pangkasan dapat diberikan sebagai pakan ulat sutera. Pada umur tersebut pangkasan dilakukan untuk membentuk batang pokok (1 batang saja). Selanjutnya pada umur 9 bulan dilakukan pemangkasan untuk menentukan bentuk pangkasan.


05pangkasa



05pangkasb

Untuk selanjutnya tiap 2 – 3 bulan sekali, setelah panen/ pungutan daun dilakukan pangkas produksi.                                                        

Tujuh pangkasan utama adalah untuk merangsang tumbuhnya tunas-tunas baru.



4.3.2. Pendangiran

Tanaman murbei peka terhadap pendangiran, pelaksanaan pendangiran jangan terlambat, terutama setelah pemangkasan. Pendangiran dilakukan untuk memperbaiki aerasi. Caranya tanah dicangkul dan dibalikan sambil membuat guludan pada larikan tanaman murbei. Setelah pendangiran dilakukan  pemupukan.
06dangir


4.3.3. Pemupukan

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemupukan tanaman murbei :

·         Usahakan agar pH tanah mendekati 7 atau netral. Tanah yang terlalu masam (pH 4 atau kurang), perlu diberi kapur secara berangsur-angsur sebanyak 500 kg/ Ha agar tidak berpengaruh  jelek terhadap akar murbei.
·         Untuk mempertahankan struktur tanah pada kebun murbei, diperlukan humus yang cukup oleh karena itu dianjurkan pemberian pupuk hijau, pupuk kandang, dan bahan-bahan organik lain  sebanyak mungkin pada kebun murbei sebagai sumber humus. Untuk perimbangan, maka sebaiknya pemberian kapur dilakukan bersama-sama bahan-bahan organik, baik sebagai pupuk kandang, pupuk hijau atau bahan-bahan lainnya.
·         Berdasarkan keadaan pada umumnya tanaman murbei di Indonesia rendah mutu daunnya, terlebih-lebih pada tanah Laterite dimana unsur-unsur phosfor dan kalium sangat kurang. Akibatnya sering terjadi kematian ulat sutera  yang dipelihara karena kurang daya tahan terhadap penyakit terutama penyakit Grasseri (Virus). Oleh karena itu dianjurkan sekali pemakaian pupuk yang mengandung tidak hanya unsur N tapi juga unsur-unsur P dan K.
·         Pupuk Compound merupakan pupuk yang cukup baik karena  sudah mengandung unsur-unsur N, P & K, sehingga dapat dipergunakan pada tanaman murbei untuk meningkatkan produksi daun yang bermutu sebagai makanan ulat sutera.

Cara Pemupukan :

a.      Waktu Pemupukan
·      Dalam setahun dilakukan 3 x, awal musim hujan, pertengahan musim hujan dan akhir musim hujan.
·      Pada tiap kali habis dipungut daun dan +  seminggu setelah pemangkasan.
           
b.  Dosis Pemupukan
·      Tiap tahun : 450 kg/ Ha. Urea, 300 kg/ Ha. SP-56 dan 150 kg/ Ha. KCl.
·      Tiap pemupukan +  150 kg Urea, 100 kg SP-36 dan 50 kg KCl.
·      Pupuk organik seperti pupuk kandang, kompos diberikan 1 tahun 10 – 20 ton/ Ha.

c.  Cara Pemupukan
·      Sebelum pemupukan dilakukan pendangiran dan penggemburan tanah disekitar  tanaman.
·      Pupuk dalam jumlah tertentu dibenamkan melingkar pada tiap tanaman murbei dengan jarak 20 cm dari pangkal batang.
·      Setelah dibenamkan pupuk ditimbun kembali dengan  tanah.


4.3. Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit tanaman murbei sebaiknya dilaksanakan secara preventif, jadi sebelum terjadi serangan hama atau penyakit dilaksanakan pencegahan. Untuk penyakit yang disebabkan oleh  jamur digunakan fungisida (bubur bordeaux, dithane  dsbnya ).
Untuk  pengendalian hama digunakan insektisida, diazinon, malathion dll, hama yang menyerang tanaman murbei (ulat pucuk, penggerek batang, kutu daun). Dosis penyemprotan 20 ml– 30 ml/10 liter air. Penyemprotan tidak boleh terlalu dekat dengan daun. Penyemprotan dilakukan sekurang-kurangnya 20 hari sebelumnya.

Tata cara pengendalian hama :

0     7                    20        30      40       60         70              90


pangkas                            I                            II                               pemeliharaan     
                                        penyemprotan hama

Apabila intensitas serangan hama atau penyakit cukup berat, pengendalian dapat ditambah frekuensinya dalam satu siklus pangkasan, yaitu sebanyak 3 kali dengan tenggang waktu penyemprotan I, II, dan III antara 10 - hari.

Penyakit yang umum pada Tanaman Murbei

1.    Penyakit pucuk daun
Penyebab : ngengat Glyphoides pulverulensis
Pucuk daun tidak tumbuh sempurna, tepi daun bersatu, banyak ditemui pada musim kemarau.

2.    Kutu daun : Mealy bug
      Daun bercak hitam, mengkerut dan sulit tumbuh

3.    Penggerek batang
Oleh kumbang, larva makan daun dan menjelang pupa masuk kedalam batang murbei. Tanaman dapat layu dan mati

4.    Rayap : Macrotermes gilvus
Makan batang dan pangkal akar =è tanaman layu, mudah dicabutè mati

Pencegahan dan Pengendalian

1.    Segera setelah pemangkasan, bilamana dicurigai dan telah ditemukan kerusakan akibat serangga, dapat menggunakan insektisida. Dengan pertimbangan matang
2.    Menggunakan insektisida alami/nabati
3.    Pemanfaatan tanaman selang yang dapat mengusir serangga dan mempunyai arti ekonomi.

4.4. Pengairan

Tanaman murbei memerlukan  pengairan tetapi tidak tergenang. Pengairan diperlukan terutama pada saat musim kemarau agar produksi daun stabil. Apabila tanaman murbei ditanam pada tanah yang tidak dapat di airi, maka pada saat kemarau produksi daunnya tidak dapat diharapkan atau tidak ada pemeliharaan ulat.

V. PANEN DAUN

5.1. Panen Daun  untuk Kebun Ulat Kecil

Kebun murbei untuk  ulat kecil hasilnya tidak perlu banyak, tetapi kualitasnya harus sesuai dengan kebutuhan ulat kecil agar pertumbuhan dan kesehatan ulat terjamin.

Lokasi kebun harus berdekatan dengan tempat pemeliharaan ulat kecil. Keadaan tanahnya baik dan mendapat sinar matahari penuh sepanjang hari dari pagi hingga sore hari.

Pada musim kemarau diperlukan mulching jerami atau  sekam padi untuk mempertahankan kelembaban tanah dan  mengurangi penguapan, sehingga daun yang dihasilkan lunak atau tidak mengeras. Kebun ulat kecil dipanen pada umur 1,5 – 2 bulan setelah pangkas.

Gambar Daun Untuk Ulat Kecil


07daunulatkecil







Pengelolaan kebun Ulat Kecil disesuaikan dengan pemeliharaan ulat tiap bulan.




Kebun ulat kecil Blok I
JANUARI
FEBRUARI
MARET
APRIL
MEI
JUNI


kelola



kelola



kelola

      Pangkas ulang

Pangkas ulang

Pangkas ulang


                   Panen            Pertumbuhan     ( 45 - 60 hari )





Kebun ulat kecil Blok II
JANUARI
FEBRUARI
MARET
APRIL
MEI
JUNI





kelola





kelola





kelola
     
Pangkas ulang

Pangkas ulang


Pangkas ulang
                                      Panen        
Panen pada bulan Juli - Desember kembali siklusnya seperti bulan Januari - Juni


Pemeliharaan Kebun Ulat Kecil

  1. Pemangkasan
  2. Pendangiran
  3. Pemupukan
  4. Pengendalian Hama dan Penyakit
  5. Pengairan
  6. Mulching

Dilaksanakan segera setelah panen dengan luas kebun 1 : 10

5.2. Panen Daun untuk Ulat Besar

Tanaman murbei yang tumbuh di daerah tropis tidak mengalami masa istirahat, sehingga panen daun dapat dilaksanakan secara terus menerus. Hal tersebut menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi kurang baik dan hasil daunnya menurun. Oleh karenanya pada musim kemarau sebaiknya tanaman murbei diistirahatkan jangan dilakukan pemangkasan.

Tanaman murbei untuk ulat besar harus dipangkas 60 – 90 hari sebelum pemeliharaan ulat atau 50 –70 sejak keluar tunas. Semua daun dapat digunakan sebagai pakan ulat besar.

Waktu Panen Daun  Murbei untuk Ulat Besar dengan Siklus Pemeliharaan tiap bulan.






kelola
kelola
 


Kebun ulat besar Blok I
JANUARI
FEBRUARI
MARET
APRIL
MEI
JUNI












     
Masa Pertumbuhan


                   PanenPangkas                                   Panen/Pangkas            






kelola
kelola
 


Kebun ulat besar Blok II
JANUARI
FEBRUARI
MARET
APRIL
MEI
JUNI


















     
Masa Pertumbuhan

                                      Panen/Pangkas                                Panen/Pangkas




Kebun ulat besar Blok III
JANUARI
FEBRUARI
MARET
APRIL
MEI
JUNI


















     

Masa Pertumbuhan
                                                           Panen/Pangkas                                  Panen










Setelah panen tanaman harus dipangkas dan dilakukan pemeliharaan secara intensif :

  1. Penyiangan dan pendangiran
  2. Pemupukan
  3. Pengendalian hama dan penyakit
  4. Pengairan

Kemampuan produksi daun dan ranting tiap Ha : 50 – 70 ton.

5.3. Peremajaan Tanaman

Peremajaan tanaman adalah cara mengembalikan kesehatan tanaman murbei setelah panen daun terus menerus atau tanaman tua.

Tanaman murbei semakin tua semakin banyak cabang yang mati, tanaman akan terserang  hama penggerek batang yang mengakibatkan pertumbuhan tanaman kurang baik, sehingga hasil daunnya menurun. Untuk memperbaiki kondisi tersebut dilakukan pemangkasan cabang yang mati agar tumbuh cabang-cabang baru.

1. Semua cabang dipotong



kelola


2. Bagian cabang tertentu saja yang dipotong


kelola

 VI. PENUTUP


1.    Budidaya tanaman murbei produktif akan menentukan kuantitas dan kualitas daun sebagai pakan ulat sutera
2.    Peningkatan kuntitas dan kualitas daun dapat meningkatkan jumlah pemeliharaan per periode dan meningkatkan produksi serta kualitas kokon
3.    Budidaya tanaman murbei produktif sebagai dasar untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas kokon dan benang sutera






















 
















DAFTAR PUSTAKA



Bank Indonesia, 1999. Budidaya Ulat Sutera dan Produksi Kokon. Model Kelayakan Proyek Kemitraan Terpadu. Proyek Pengembangan Usaha Kecil (PPUK). Jakarta.
Djoko Sasmito, 1998. Pakan Ulat Sutera. Materi Pelatihan Persuteraan Alam.  Kerjasama antara Perum Perhutani dengan Masyarakat Persuteraan Alam Indonesia. Madiun.
FAO, 1990. Sericulture Training Manual. Food And Agriculture Organization of The United Nation. Roma
Goeswono Soepardi, 1983. Sifat dan Ciri Tanah. IPB, Bogor.
Hatta Sunanto, 1997. Budidaya Murbei dan Usaha Persuteraan Alam.  Penerbit Kanisius, Yogyakarta
Soekiman Atmosoedarjo, Junus Kartasubrata, Mien Kaomeni, Wardono Saleh dan Wibowo Moerdoko, 2000. Sutera Alam Indonesia. Yayasan  Sarana Wana Jaya. Jakarta.
Saeffudin Sarief, 1994. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. Bandung
Setiawan Dalimartha, 1999. Tumbuhan Obat Indonesia.  Jilid I. ATLAS. Trubus Agriwidya, Jakarta
Simamarmata , Sitanggang dan Ridwan, 1998. Aplikasi Pupuk Multihara Lengkap Tablet. Terobosan Teknologi Untuk Meningkatkan Efisiensi Pemupukan dan Produktivitas Lahan di Indonesia. Jurusan Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Universitas Pajajaran. Bandung.
Tisdale, S.L., W.L. Nelson and J.D. Beaton, 1990. Soil Fertility and Fertilizer, Fourth Edition, Mac Milan Publishing Co. New York.
Japan International Cooperation Agency. 1985. Proyek Pengembangan Persuteraan Alam di Indonesia.

Jolly, M. S. 1987. Approriate Sericulture Techniques. International Centre for Training & Research in Tropical Sericulture, India.

Lim, S., Y. Kim, I. Rhee, J. Kim and B. Kim. 1990. Sericulture Training Manual. FAO, Rome.

Omura. S. 1980. Silkworm Rearing Technics in the Tropics (revised edition). Japan International Cooperation Agency, Japan.

Pallavi, S.N. and C. K. Kamble. 1997. Disinfection and hygiene in sericulture - a Review. Sericologia 37(3): 401-415.

Ramanathan, A. 1997. New Illustrated Sericulture Reader. Central Silk Board, Bangalore, India.